Kamis, 20 Januari 2011

Bismillah

Tiba-tiba saja saya benar-benar tertekan oleh sesuatu.
MASA DEPAN

masa yang akan saya hadapi nanti,apa yang sudah saya siapkan?
mungkin baru 0,1% saja.


down bener-bener down.


bismillaaahhhh...
ucap saya mengawali niat saya untuk jauh lebih berubah.
walaupun mungkin perlahan-lahan dan banyak tekanan dari luar.
saya harus tetap melangkah.

niat saya ini tidak boleh setengah-setengah!


SAYA YAKIN
SAYA BISA
SAYA MAMPU
SAYA KUAT

Kamis, 13 Januari 2011

Ketika Cinta Berakhir di Enam Masa

SALAH satu tanda-tanda kebesaran Tuhan, adanya awal dan akhir perjalanan masa. Mulai dari tahun, bulan, pekan, hari, jam, detik, dan bila ada permulaan pasti punya kesudahan hingga masa akhir dunia sekalipun. Dari tahun 1431 Hijrah, hari ini telah berganti dengan 1432 Hijrah. Tahun 2010 Masehi, tidak lama lagi akan berubah menjadi 2011 Masehi.
Bagaimana dengan cinta manusia kepada dunia terhadap kebutuhan yang dia inginkan? Apakah ada awal dan masa berakhirnya, seperti perubahan masa itu sendiri? Atau tetap abadi? Cinta manusia kepada kebutuhan keduniaan tidak mengenal akhir, kendati ada awalnya. Cinta manusia terus melaju menuruti kemauan syahwatnya. Manusia seolah memandang abadi keadaan cintanya, tak mau berhenti pada batas yang digariskan. Cinta manusia kepada dunia ternyata berbeda dengan perubahan masa yang mempunyai awal dan akhir. Cinta keduniaan manusia, hanya mengenal awal, sedangkan akhir tiada terkira, disebabkan tunduk patuh mengikuti selera sepanjang masa.
Lebih jelas, bagaimana gambaran dan dinamika cinta kebutuhan manusia seperti dikatakan Allah SWT  dalam Alquran, surat al-Imran: 14, yang artinya: “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk pada emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah tempat kembali yang lebih baik.” Sejalan dengan itu, Rasulullah bersabda, yang artinya: “Seandainya seseorang mempunyai dua bukit emas, dia masih akan mengharap mempunyai tiga. Tak ada yang bisa memenuhi keserakahan manusia kecuali tanah (mati).” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Titik-tolak makna ayat dan hadits di atas, antara lain dapat disimpulkan terdapatnya dua garis besar identitas sifat manusia yang mendominasi tuntutan kehidupan. Pertama, manusia mempunyai rasa kecintaan terhadap kebutuhan dan kesenangan. Rasa kecintaan untuk memenuhi rasa kebutuhan dan kesenangan dilakukan dengan memaksimalkan semua sumber daya energi, guna menuruti kehendak hati, pikiran, nafsu dan perasaan, dan bila perlu melebihi dari yang dibutuhkan. Kedua, perasaan tidak puas, terlepas dari berbagai interpretasi substansi tafsirannya, merupakan sifat manusia yang sulit dibendung adanya, meski setebal baja sekalipun benteng penghalangnya. Kondisi ini lahir, akibat banyaknya dorongan nafsu untuk memperoleh kesenangan dan bermacam kemauan yang tiada berakhir.
Akhir Masa Manusia
Studi sains ilmiah Alquran yang dikenal dalam disiplin Eskatologi mengurai secara jelas gambaran akhir masa manusia itu sebagai berikut. (Darwis Hude dkk, 2002). Masa pertama, datangnya kematian. Dengan kematian rasa kecintaan dan rasa yang tidak  pernah puas manusia kepada semua kebutuhan yang dikehendaki, sebagaimana yang dikemukakan di atas, akan berakhir pupus. Kematian akan menjemput setiap makluk hidup manapun termasuk manusia. Kematian adalah prasyarat bagi manusia untuk bisa melanjutkan perjalanan berikutnya, baik seseorang itu bakal masuk syurga ataupun neraka. Tidak ada satupun dalil yang menjamin untuk tidak mati, bagi seseorang yang dikasihi ataupun dibenci Allah SWT.
Masa kedua, alam kubur. Alam kubur bukanlah satu-satunya defenisi dalam bentuk lubang atau liang lahat di tanah, saat ditempati orang yang sudah mati sebagai ruang istirahat terakhir, melainkan alam peristirahatan setiap orang yang sudah menemui ajal meskipun tidak dikubur melalui lubang tanah, seperti orang mati akibat hanyut dan tenggelam di air, mati terbakar dimakan api, meninggal kecelakaan, tertimpa material ketika tak ada yang mengurus. Dalam istilah lain, alam kubur juga disebut alam barzakh, yang bermakna dinding pembatas. Pembatas dalam hal ini, pemisah antara dunia dan akhirat. Sehingga, alam kubur, pada kadar tertentu juga diartikan sebagai perantara, atau ruang tunggu menjelang bunyi sirine panggilan, pertanda waktu keberangkatan telah tiba, yang disebut hari kebangkitan.
Masa ketiga, kebangkitan kembali. Setelah malaikat meniupkan terompet sangkakala, maka terjadilah kiamat besar. Bumi serta seisinya hancur berantakan, air laut tumpah-ruah, gunung meletus bercerai-berai bagai kapas yang berterbangan. Dalam keadaan tak menentu, kandungan bumi memuntahkan beban berat yang telah lama dipikulnya, termasuk manusia. Manusia dikeluarkan dari alam kubur, bertebaran dan berhamburan, sambil bertanya-tanya antara satu dengan yang lainnya kemana dan untuk apa kami dibangkitkan. Bagi golongan manusia yang serakah karena kecintaan dunia akan berkata, seperti dilukiskan Allah SWT dalam Alquran, QS Yasin: 52 yang artinya: “Mereka berkata, “Celakah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)? Inilah yang dijanjikan Allah Yang Maha Pengasih dan benarlah Rasul-rasul-Nya.”
Masa keempat, berkumpul di padang Mahsyar. Padang Mahsyar dikenal sebagai tempat berkumpulnya lautan manusia setelah dibangkitkan. Di padang Mahsyar dalam banyak riwayat menggambarkan, betapa terik, panas dan hangatnya suasana. Semua orang mengendaki cepat selesainya urusan hisab dan perhitungan yang bakal dilakukan, sementara lobi dan kolusi tak berlaku lagi untuk mempermudah, memperpendek, memperpanjang atau mempersulit persoalan, seperti yang asyik dilakukan di dunia. Golongan orang seperti ini dikatakan Allah SWT sebagaimana dikemukakan-Nya dalam QS Abasa: 34-37 yang artinya: “Pada hari itu manusia lari dari saudaranya; dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya, setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.”
Masa ke lima, perhitungan dan penimbangan amal. Perhitungan atau hisab dilakukan Allah SWT secara benar, adil dan tepat dengan timbangan yang disebut mizan. Penimbangan dan perhitungan amal berasal dari akumulasi perbuatan yang pernah dikerjakan manusia di dunia. Tidak ada sedikitpun tercecer, ditambah apalagi dikurangi atau dicurangi seperti watak manusia yang licik waktu hidup, semua sesuai dengan apa yang telah dicatat oleh malaikat dari kumpulan semua aktivitas manusia. Pada hari itu, betapapun besarnya kecintaan dan kasih sayang manusia kepada harta, benda, pangkat, jabatan, anak, istri/suami dll, tidak diperkenankan, mempengaruhi berat dan ringannya timbangan, seluruhya telah berakhir. Satu-satunya yang membantu, ditentukan oleh baik dan buruknya amal saleh dan ibadah yang sempat terekam dalam video ketika di alam.
Masa keenam, pembalasan dan hukuman. Hari pembalasan dan hukuman akan diberikan kepada manusia ketika surat keputusan telah ditetapkan oleh Allah SWT, setelah proses penimbangan selesai, maka akan diketahui hasilnya, apakah baik atau buruk. Bila rapor hanya bersemarak persemaian warna noda dan dosa yang gelap mendominasi, akibat kecintaan kepada harta, benda, pangkat dan jabatan, dengan menghalalkan semua jalan ketika di dunia, maka manusia akan diazab pedih, dicampakkan kedalam neraka sesuai dengan tingkatannya.
Sedangkan mereka yang memperoleh rapor penuh kebaikan, dengan sambutan hangat, Allah mengundang dengan kalimat, sebagaimana digambarkan-Nya dalam Alquran, Surat al-Fajr ayat 27-30, yang artinya: “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masukkanlah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.” Golongan ini, betapa asyiknya dengan wajah berseri-seri, mereka melambaikan tangan kegembiraan, selamat tinggal bagi penghuni neraka.

source : www.riaupos.com